KUTIPAN KISAH-KISAH SUFI (STORIES)

(One of my fond leisure activities is reading & contemplating  sufi's traditions & wisdoms)

ă FARITHAL B SAHARI 2002 


1.

Pada suatu hari, ada seseorang menangkap burung. Burung itu berkata kepadanya, Aku tak berguna bagimu sebagai tawanan. Lepaskan saja aku. Nanti aku beri kau tiga nasihat. Si burung berjanji akan memberikan nasihat pertama ketika berada dalam genggaman orang itu. Yang kedua akan diberikannya kalau ia sudah berada di cabang pohon dan yang ketiga ketika ia sudah mencapai puncak bukit.Orang itu setuju, lalu ia meminta nasihat pertama. Kata burung itu, Kalau kau kehilangan sesuatu, meskipun engkau menghargainya seperti hidupmu sendiri, jangan menyesal. Orang itu pun melepaskannya dan burung itu segera melompat ke dahan. Disampaikannya nasihat yang kedua, Jangan percaya kepada segala yang bertentangan dengan akal, apabila tak ada bukti. Kemudian burung itu terbang ke puncak gunung. Dari sana ia berkata, Wahai manusia malang! Dalam diriku terdapat dua permata besar, kalau saja tadi kau membunuhku, kau akan memperolehnya. Orang itu sangat menyesal memikirkan kehilangannya, namun katanya, setidaknya, katakan padaku nasihat yang ketiga itu! Si burung menjawab, Alangkah tololnya kau meminta nasihat ketiga sedangkan yang kedua pun belum kau renungkan sama sekali. Sudah kukatakan padaku agar jangan kecewa kalau kehilangan dan jangan mempercayai hal yang bertentangan dengan akal. Kini kau malah melakukan keduanya. Kau percaya pada hal yang tak masuk akal dan menyesali kehilanganmu. Aku pun tidak cukup besar untuk menyimpan dua permata besar! Kau tolol! Oleh karenanya kau harus tetap berada dalam keterbatasan yang disediakan bagi manusia. 

(Catatan: Dalam lingkungan darwis, kisah ini dianggap sangat penting untuk mengakalkan fikiran siswa sufi, menyiapkannya menghadapi pengalaman yang tidak boleh dicapai dengan cara-cara biasa. Di samping penggunaannya sehari-hari di kalangan sufi, kisah ini terdapat juga dalam karya klasik Rumi, Matsnawi. Kisah ini juga ditonjolkan dalam Kitab Ketuhanan karya Fariduddin Aththar, salah seorang guru Rumi. Kedua tokoh sufi itu hidup pada abad ketiga belas.)

 2.

Pada suatu hari, Hasan Al-Basri pergi mengunjungi Habib Ajmi, seorang sufi besar lain. Pada waktu salatnya, Hasan mendengar Ajmi banyak melafalkan bacaan salatnya dengan keliru. Oleh karena itu, Hasan memutuskan untuk tidak salat berjamaah dengannya. Ia menganggap kurang pantaslah bagi dirinya untuk salat bersama orang yang tak boleh mengucapkan bacaan salat dengan benar. Di malam harinya, Hasan Al-Basri bermimpi. Ia mendengar Tuhan berbicara kepadanya, “Hasan, jika saja kau berdiri di belakang Habib Ajmi dan menunaikan salatmu, kau akan memperoleh keridaan-Ku, dan salat kamu itu akan memberimu manfaat yang jauh lebih besar daripada seluruh salat dalam hidupmu. Kau mencoba mencari kesalahan dalam bacaan salatnya, tapi kau tak melihat kemurnian dan kesucian hatinya. Ketahuilah, Aku lebih menyukai hati yang tulus daripada pengucapan tajwid yang sempurna.

 3.

Suatu hari, Malaikat Maut datang menemui Nabi Ibrahim as untuk mengambil nyawanya. Ibrahim bertanya, “Apa kau pernah melihat seorang kekasih mematikan orang yang dikasihinya?” Tuhan menjawab Ibrahim, “Apa kau pernah melihat seorang kekasih tak mau pergi menjumpai orang yang dikasihinya?”

 4.

Suatu hari, Isa as sedang berjalan di tengah gurun. Beberapa orang pencinta dunia mengikutinya. Mereka meminta Isa, "Katakanlah pada kami mantra apa yang kau pakai untuk menghidupkan orang mati." Isa menjawab, "Jika kukatakan, kalian akan menyalahgunakan bacaan itu." Mereka bersumpah bahwa bacaan itu akan mereka gunakan untuk kebaikan dan kemaslahatan umat. Mereka tetap meminta Isa untuk memberitahukan bacaan itu. "Kau tak tahu apa yang kauminta," ujar Isa. Tetapi mereka tak mendengarkannya. Akhirnya Isa memberitahukan bacaan rahasia itu. Tak lama sesudah itu, kelompok orang tersebut menemukan tumpukan tulang belulang di tengah padang pasir. "Mari kita coba, mantra ini berhasil atau tidak," ucap mereka. Bacaan itu pun digumamkan. Keajaiban segera terjadi. Tumpukan tulang itu diliputi kembali oleh darah dan daging, berubah menjadi binatang buas, dan mengoyak-koyakan tubuh orang-orang yang menghidupkannya.

 5.

Di suatu hari, seorang lelaki sedang dalam perjalanan pulang ke kampung halamannya. Ia berjalan dengan menuntun seekor domba di belakangnya. Seorang pencuri melihat hal ini. Ia mengendap-endap dan memutuskan tali kekangnya dan mengambil domba itu. Setelah beberapa saat, sang empunya domba menyadari bahwa miliknya telah hilang. Ia berlari ke sana kemari mencari dombanya dengan panik. Sampailah ia pada sebuah sumur. Di tepi sumur itu ia melihat pencuri yang tadi mengambil dombanya tapi ia tak tahu bahwa orang itulah yang telah mencuri domba miliknya. Ia bertanya kepada orang itu apakah ia melihat seekor domba di sekitar tempat itu. Pencuri itu tidak menjawab, ia malah menangis, bersimpuh di tepian sumur. "Mengapa kau menangis?" tanya pemilik domba kehairanan. "Dompetku jatuh ke dalam sumur ketika aku menimba air. Jika kau dapat membantuku mengambilnya, aku akan berikan kau seperlima dari wang yang ada dalam dompet itu. Kau akan mendapatkan seperlima dari seratus dinar emas di tanganmu!" Pemilik domba berfikir, "Wah, wang itu cukup untuk membeli lebih dari sepuluh domba! Bila satu pintu tertutup, sepuluh pintu lain akan terbuka." Ia segera membuka pakaiannya dan turun ke dasar sumur. Tentu saja, di dalam sumur itu tak terdapat apa-apa. Dan si pencuri pun melarikan pakaian orang itu. Apabila satu kerugian saja membuatmu amat gelisah, maka kerugian-kerugian lain akan datang kepadamu dengan mudah. Setan menampakkan dirinya kepadamu dalam beragam penyamaran. Selamatkan dirimu kepada Tuhan dan Ia takkan menipumu.

 6.

Suatu hari, Fudhail bin Iyadh, duduk memangku anaknya yang berusia empat tahun. Sesekali ia mencium pipi anak itu sebagai ungkapan rasa sayang.

“Ayah, apakah kau mencintai aku?” tanya anak itu.  

“Ya,” jawab Fudhail.  

“Apakah kau mencintai Tuhan?”  

“Ya.”  

“Berapa hati yang kau miliki, Ayah?”

 “Satu.”

 “Dapatkah kau mencintai dua hal dengan satu hati?” anak itu bertanya lagi.

Saat itu pula Fudhail terhenyak. Ia sadar yang berbicara bukanlah anak kecilnya melainkan Yang Mahakuasa. Merasa malu, ia mulai memukuli kepalanya dan bertaubat. Sejak saat itu, ia hanya persembahkan hatinya untuk Tuhan.

 

7. 

 A certain man asked the famous Mulla Nasrudin, "What is the meaning of fate,

Mulla?"

Mulla replied, "Assumptions."

"In what way?" the man asked again.

Mulla looked at him and said, "You assume things are going to go well, and they

don't - that you call bad luck. You assume things are going to go badly and they

don't - that you call good luck. You assume that certain things are going to

happen or not happen - and you so lack intuition that you don't know what is

going to happen. You assume that the future is unknown. When you are caught out

- you call that Fate."

 

 8.

"May the Will of Allah be done," a pious man was saying about something or the other.

"It always is, in any case," said Mullah Nasruddin.

"How can you prove that, Mullah?" asked the man.

"Quite simply. If it wasn't always being done, then surely at some time or another my will would be done, wouldn't it?"
 

9.

Walking one evening along a deserted road, Nasruddin saw a troop of horsemen rapidly approaching. His imagination started to work; he saw himself captured or robbed or killed and frightened by this thought he bolted, climbed a wall into a graveyard, and lay down in an open grave to hide.

Puzzled at his bizzare behaviour, the horsemen - honest travellers - followed him.

They found him stretched out, tense, and shaking

"What are you doing in that grave? We saw you run away. Can we help you? Why are you here in this place?"

"Just because you can ask a question does not mean that there is a straightforward answer to it," said Nasruddin, who now realized what had happened. "It all depends upon your viewpoint. If you must know, however, I am here because of you -  and you are here because of me!"
 

10.

A man was walking along the street when he passed another man with a lot of stubble on his face standing outside a shop. The first man asked:

 "How often do you shave?

" Twenty or thirty times a day," answered the man with the stubble

 "What! You must be a freak!" exclaimed the first man.

 "No, I'm only a barber," replied the man with the stubble.
 

11.

Once, the people of The City invited Mulla Nasruddin to deliver a khutba. When he got on the minbar (pulpit), he found the audience was not very enthusiastic, so he asked "Do you know what I am going to say?" The audience replied "NO", so he announced "I have no desire to speak to people who don't even know what I will be talking about" and he left.

The people felt embarrassed and called him back again the next day. This time when he asked the same question, the people replied "YES" So Mullah Nasruddin said, "Well, since you already know what I am going to say, I won't waste any more of your time" and he left.

Now the people were really perplexed. They decided to try one more time and once again invited the Mullah to speak the following week. Once again he asked the same question - "Do you know what I am going to say?" Now the people were prepared and so half of them answered "YES" while the other half replied "NO". So Mullah Nasruddin said "The half who know what I am going to say, tell it to the other half" and he left!
 

12.

One day , one of Mullah Nasruddin's friend came over and wanted to borrow his donkey for a day or two. Mullah, knowing his friend, was not kindly inclined to the request, and came up with the excuse that someone had already borrowed his donkey. Just as Mullah uttered these words, his donkey started braying in his backyard. Hearing the sound, his friend gave him an accusing look, to which Mullah replied: "I refuse to have any further dealings with you since you take a donkey's word over mine."
 

13.

Once, Mullah Nasruddin bought a violin. And he began to play.

NEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE....

Same note, same string, over and over.

NEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE....

After a few hours his wife was at her wits' end. "Nasruddin!" she screamed.

NEEE..

Nasruddin put down the bow. "Yes dear?"

"Why do you play the same note? It's driving me crazy! All the real violin players move their fingers up and down, play on different strings! Why don't you play like they do?"

"Well dear, I know why they go up and down and try all different strings."

"Why is that?"

"They're looking for *this* note." And he picked up his bow and resumed his playing.

NEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE....
 

14.

A certain man claimed to be God and was brought before the Caliph, who said to him, "Last year someone here claimed to be a prophet and he was put to death!" The man replied, "It was well that you did so, for I did not send him." (9th century joke)
 

15.

A certain man claimed to be a prophet and was brought before the Sultan, who said to him, "I bear witness that you are a stupid prophet!" The man replied, "That is why I have only been sent to people like you."(9th century joke)

16.

A certain conqueror said to Nasruddin:

"Mulla, all the great rulers of the past had honorific titles with the name of God in them: there was, for instance, God-Gifted,  and God-Accepted, and so on. How about some such name for me?"

"God Forbid," said Nasruddin.
 

17.

"When I was in the desert," said Nasruddin one day, "I caused an entire tribe of horrible and bloodthirsty bedouins to run."

"However did you do it?"

"Easy. I just ran, and they ran after me."